Prancis Siap Akui Palestina, Solusi Dua Negara Jadi Prioritas

Genvoice.id | 15 Jun 2025

JAKARTA, GENVOICE.ID -Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot kembali menyuarakan dukungan penuh negaranya buat pengakuan terhadap Palestina sebagai negara merdeka.

Pernyataan ini disampaikannya dalam pidato saat acara "Paris Call for the Two-State Solution, Peace and Regional Security" yang digelar oleh Paris Peace Forum pada Jumat (14/6).

"Prancis akan terus membela hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri, termasuk lewat pengakuan terhadap Negara Palestina," tegas Barrot dalam forum tersebut.

"Saya tegaskan lagi di sini: terlepas dari perkembangan terbaru di kawasan itu, Prancis tetap bertekad untuk melakukannya," kata dia, merujuk pada kawasan Timur Tengah.

Barrot juga menegaskan bahwa sekarang adalah momen yang tepat untuk menghadirkan solusi politik nyata bagi rakyat Palestina.

Isu ini bakal jadi topik utama dalam konferensi internasional soal solusi dua negara yang akan digelar di New York pada akhir bulan ini. Acara tersebut didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan akan diselenggarakan bersama oleh Prancis dan Arab Saudi.

"Solusi politik ini mencakup pembentukan negara Palestina yang layak dengan pemerintahan baru, dan jaminan keamanan yang kuat bagi Israel dan Palestina," kata Barrot.

Barrot juga menyerukan perlunya keberanian dan aksi nyata dari komunitas internasional. Ia mendorong dunia untuk bangkit dan kembali mendorong terciptanya jalur perdamaian bagi Palestina dan kawasan sekitarnya.

"Gencatan senjata segera, pembebasan semua sandera tanpa syarat, dan pengiriman bantuan kemanusiaan secara masif dan tanpa hambatan ke Gaza." tegasnya.

Menurut Barrot, solusi dua negara yang selama ini jadi prinsip utama Prancis dalam mendorong perdamaian dan stabilitas kawasan, kini menghadapi tekanan besar. Padahal, pendekatan ini juga sejalan dengan hukum internasional.

Barrot menyoroti sejumlah ancaman serius seperti makin banyaknya tindakan sepihak di lapangan, percepatan pembangunan permukiman ilegal, ancaman aneksasi, meningkatnya kebencian, hingga macetnya proses perdamaian.

"Kita berutang rasa empati kepada mereka, dan setiap menit harus didedikasikan untuk mewujudkan gencatan senjata," kata Barrot.

Ia juga menyesalkan penderitaan warga sipil akibat konflik yang tak kunjung berakhir. "Terlalu banyak nyawa yang jadi korban, terlalu banyak penderitaan dalam perang di Gaza yang sudah berlangsung terlalu lama," ujarnya.