Di Balik Foto Manusia Jadi Boneka AI yang Viral, Hanya Lucu-Lucuan atau Potensi Bahaya?

Genvoice.id | 15 Apr 2025

JAKARTA, GENVOICE.ID - Siapa yang baru-baru ini scroll TikTok, Instagram, atau bahkan LinkedIn, lalu tiba-tiba lihat temannya jadi boneka?

Tenang, kamu nggak halu. Lagi ramai tren di mana orang-orang memvisualisasikan diri mereka sebagai boneka mungil ala action figure, lengkap dengan boks kemasan, nama, sampai properti khas seperti laptop, kopi, dan buku favorit.

Semua ini berkat teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) yang memungkinkan kita "membuat versi mainan" dari diri sendiri. Cukup unggah foto, tuliskan prompt kreatif soal tampilan dan gaya yang diinginkan, dan voilà! AI akan membungkus kamu jadi seperti edisi terbatas dari rak mainan.

ChatGPT dan Copilot jadi dua alat populer yang dipakai untuk tren ini. Bahkan brand-brand besar seperti Mario Badescu dan Royal Mail pun ikut meramaikan.

Tapi di balik visual yang menggemaskan, ada juga yang mulai angkat suara soal sisi gelap dari tren ini.

Profesor Gina Neff dari Queen Mary University London, misalnya, bilang bahwa tren boneka AI ini bukan sekadar konten lucu, tapi juga menyimpan jejak karbon besar. Menurutnya, penggunaan data center untuk menjalankan AI seperti ChatGPT menyedot energi lebih banyak daripada 117 negara dalam setahun.

"Setiap kali kita bikin meme AI, satu pohon bisa aja 'mati'," ujar Lance Ulanoff, editor TechRadar, dikutip dari BBC, Sabtu, (12/4).

Nggak cuma isu lingkungan, tapi juga soal etika dan privasi. Data yang digunakan untuk "mengajari" AI kerap kali diambil dari konten berhak cipta tanpa izin atau kompensasi. Belum lagi bias dalam visualisasi, boneka AI kadang bisa "menebak" tampilan pengguna berdasarkan stereotip, dan hasilnya bisa jauh dari realita.

Tren ini memang kelihatan seru, personal, dan bisa boost engagement. Tapi beberapa pengamat sosial media mulai mempertanyakan, worth it nggak sih?

Jo Bromilow dari agensi kreatif MSL UK bilang, "Kalau kita benar-benar mau memanfaatkan AI secara bijak, harus ada batasan dan kesadaran soal penggunaannya."

Yang pasti, jadi boneka AI mungkin seru buat sekali-dua kali. Tapi jangan sampai terjebak dalam tren yang terlihat harmless, padahal menyimpan konsekuensi besar buat lingkungan, budaya digital, dan privasi kita sendiri. Karena, seperti kata banyak netizen, lucu-lucu juga ada batasnya Gen!