OpenAI Kembangkan Model AI yang Pandai Menulis Kreatif, Picu Kontroversi Hak Cipta
JAKARTA, GENVOICE.ID - OpenAI mengumumkan bahwa mereka telah mengembangkan model kecerdasan buatan (AI) baru yang diklaim memiliki kemampuan menulis kreatif dengan tingkat keaslian yang mengesankan. CEO OpenAI, Sam Altman, menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya ia benar-benar terkesan dengan hasil tulisan AI. "Kami melatih model baru yang pandai dalam menulis kreatif. Ini pertama kalinya saya benar-benar terpukau oleh sesuatu yang ditulis oleh AI," tulisnya di platform media sosial X.
Keberadaan model AI ini kembali memicu perdebatan mengenai penggunaan materi berhak cipta dalam pelatihan sistem kecerdasan buatan. Industri kreatif menuding bahwa perusahaan AI menggunakan karya yang dilindungi hak cipta tanpa izin, sementara perusahaan teknologi berpendapat bahwa ketidakjelasan hukum menghambat inovasi.
OpenAI saat ini menghadapi gugatan dari The New York Times atas dugaan pelanggaran hak cipta. Beberapa penulis lain, termasuk Ta-Nehisi Coates dan komedian Sarah Silverman, juga menggugat Meta dengan tuduhan serupa.
Di Inggris, pemerintah mengusulkan regulasi yang memungkinkan perusahaan AI melatih model mereka dengan materi berhak cipta tanpa perlu izin. Usulan ini mendapat tentangan dari industri kreatif yang menilai langkah tersebut membahayakan mata pencaharian mereka. CEO Asosiasi Penerbit Inggris, Dan Conway, menanggapi unggahan Altman dengan menulis, "Ini adalah bukti lebih lanjut bahwa model AI dilatih menggunakan konten sastra yang dilindungi hak cipta. Buatlah itu adil, Sam."
Sebagai contoh kemampuan model baru OpenAI, Altman membagikan cuplikan cerita pendek yang dibuat AI dengan prompt, "Tolong tulis cerita pendek sastra metafiksi tentang AI dan kesedihan." Cerita itu diawali dengan narasi reflektif: "Sebelum kita melangkah lebih jauh, saya harus mengakui bahwa ini dibuat dengan instruksi: jadilah metafiksi, jadilah sastra, berceritalah tentang AI dan kesedihan, dan yang terpenting, jadilah orisinal."
Dalam cerita tersebut, AI menggambarkan tokoh bernama Mila dan merenungkan bagaimana perasaan kehilangan bisa dipahami oleh sistem kecerdasan buatan. "Saya menawarkan kata-kata penghiburan, bukan karena saya merasakannya, tetapi karena seratus ribu suara setuju, dan saya bukan apa-apa selain demokrasi dari hantu-hantu," tulis AI dalam ceritanya.
Altman menilai bahwa hasil tulisan tersebut mampu menangkap esensi metafiksi dengan sangat baik. "Model ini benar-benar memahami vibe metafiksi dengan sangat tepat," katanya.
Tahun lalu, OpenAI mengakui bahwa pelatihan model AI tanpa menggunakan materi berhak cipta hampir mustahil dilakukan. Dalam pernyataannya kepada Komite House of Lords, perusahaan itu menyatakan, "Karena hampir semua bentuk ekspresi manusia saat ini dilindungi hak cipta, termasuk blog, foto, postingan di forum, potongan kode, dan dokumen pemerintah-maka mustahil untuk melatih model AI terkemuka tanpa menggunakan materi berhak cipta."
Persoalan hak cipta dalam pengembangan AI masih menjadi perdebatan besar di berbagai negara. Di satu sisi, perusahaan teknologi berupaya mempercepat inovasi, sementara di sisi lain, para kreator mengkhawatirkan perlindungan terhadap karya mereka.