Israel Lancarkan Operasi Militer Besar ke Iran, Sasar Program Nuklir dan Ilmuwan Utama
JAKARTA, GENVOICE.ID - Israel secara resmi melancarkan operasi militer besar-besaran ke wilayah Iran dengan menargetkan sejumlah fasilitas strategis, termasuk pusat pengayaan nuklir, ilmuwan kunci, hingga panglima militer penting. Langkah ini dilakukan menyusul dugaan bahwa Teheran telah memasuki tahap pembuatan hulu ledak nuklir.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut serangan yang diberi kode Rising Lion itu sebagai upaya mempertahankan keberlangsungan negaranya. "Kami menyerang pusat program pengayaan nuklir Iran, fasilitas pembuatan senjata nuklir mereka, serta para ilmuwan utama yang mengembangkan proyek bom nuklir," kata Netanyahu dalam pernyataan televisi. Ia juga memperingatkan warganya untuk bersiap tinggal di tempat perlindungan dalam waktu yang lama.
Di sisi lain, Iran langsung mengancam akan melakukan balasan besar. Media pemerintah Iran mengklaim dua pejabat tinggi militernya - Komandan Garda Revolusi, Jenderal Hossein Salami, dan Kepala Staf Angkatan Darat, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri - tewas akibat serangan. Selain itu, dua ilmuwan nuklir terkemuka, Fereydoun Abbasi dan Mohammad Mehdi Tehranchi, juga dilaporkan menjadi korban. Beberapa laporan menyebut bahwa anak-anak turut menjadi korban di wilayah permukiman Teheran yang terkena serangan udara.
Sementara itu, di tengah tensi yang memuncak, Presiden AS Donald Trump mengaku tidak terkejut dengan serangan ini meski sebelumnya memperingatkan Israel untuk tidak menyerang selama proses negosiasi AS-Iran masih berlangsung. "Iran tidak boleh punya bom nuklir. Kami tetap berharap bisa kembali berunding," ujarnya kepada Fox News.
Ledakan besar dilaporkan terjadi di fasilitas pengayaan Natanz. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah mengonfirmasi adanya kerusakan, namun sejauh ini belum ada peningkatan radiasi yang terdeteksi. Di Israel sendiri, sirene peringatan berbunyi di seluruh negeri, dan Bandara Ben Gurion di Tel Aviv ditutup sementara.
Seorang pejabat keamanan Iran menyatakan kepada Reuters bahwa "balasan terhadap serangan Israel akan sangat keras dan sudah dibahas di level tertinggi." Iran juga menuding AS ikut bertanggung jawab atas aksi Israel ini, mengingat posisinya sebagai sekutu utama Tel Aviv.
Militer Israel (IDF) mengungkapkan bahwa sebanyak 200 jet tempur dikerahkan dalam serangan ini. Mereka menyebut operasi tersebut sebagai aksi pencegahan yang presisi untuk menghentikan pengembangan program nuklir Iran. "Puluhan target militer dan fasilitas nuklir di berbagai wilayah Iran berhasil diserang dalam tahap awal operasi," ujar IDF dalam pernyataan resminya.
Netanyahu menegaskan bahwa Iran telah mengumpulkan cukup banyak uranium yang diperkaya untuk menghasilkan beberapa hulu ledak nuklir. Ia menyatakan bahwa jika tidak dihentikan, Iran bisa memproduksi senjata nuklir hanya dalam hitungan bulan.
Dewan IAEA sebelumnya memutuskan bahwa Iran melanggar kewajibannya dalam Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir dengan tidak bekerja sama sepenuhnya dalam inspeksi dan menimbun sekitar 400 kg uranium tingkat tinggi. Hingga saat ini, intelijen Barat menilai Iran memang belum secara resmi mengambil keputusan akhir untuk membuat bom nuklir.
Serangan Israel ini datang menjelang dimulainya kembali pembicaraan diplomatik antara AS dan Iran di Oman. Trump sebelumnya sudah berusaha mencegah Israel melancarkan serangan demi menjaga peluang kesepakatan diplomatik tetap terbuka. Namun, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menegaskan bahwa AS tidak terlibat langsung dalam operasi tersebut.
Senator Demokrat Chris Murphy mengkritik keras langkah Israel yang dianggap bisa memicu perang besar di kawasan. Ia menyebut bahwa tindakan sepihak Israel ini mencerminkan lemahnya posisi Amerika Serikat di bawah pemerintahan Trump dalam kancah internasional.
Meski demikian, Netanyahu menegaskan bahwa serangan ini bukan hanya demi membela Israel. "Kami tidak akan membiarkan rezim paling berbahaya di dunia mendapatkan senjata paling berbahaya di dunia. Iran berniat memberikan senjata nuklir ini kepada proksi-proksi teroris mereka," ujarnya. Ia juga memperingatkan bahwa dengan kemampuan rudal balistik Iran yang terus berkembang, ancaman nuklir itu bisa menjangkau kota-kota besar di Eropa dan Amerika.