Kebijakan Trump Bikin Dunia Goyang, Chatib: RI Harus Kuat dari Dalam
JAKARTA, GENVOICE.ID - Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Chatib Basri, menekankan pentingnya menjaga ketahanan ekonomi dalam negeri agar Indonesia tetap kuat menghadapi dampak kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Salah satu upaya utamanya adalah mendorong pengeluaran fiskal guna meningkatkan permintaan domestik.
"Kalau waktu kecil diajarkan hemat pangkal kaya, dalam pemulihan ekonomi itu belanja pangkal pulih. Kalau orang belanja, maka permintaan akan terjadi," kata Chatib dalam kegiatan The Yudhoyono Institute (TYI) bertajuk "Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global" di Jakarta, Minggu.
Dorongan permintaan tersebut diharapkan dapat mendorong dunia usaha untuk merespons dengan meningkatkan kapasitas produksi dan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan.
Meski demikian, pemberian insentif harus disesuaikan dengan skala prioritas, mengingat keterbatasan ruang fiskal yang dimiliki pemerintah.
"Menurut saya, berikan prioritas pada sektor yang efek bergandanya tinggi, yang punya dampak kepada lapangan pekerjaan. Saya kasih contoh misalnya pariwisata, karena itu backward dengan forward linkage-nya sangat besar," jelas Chatib.
Di sisi lain, Chatib menekankan bahwa perlindungan sosial juga memiliki peran krusial karena dapat memperkuat daya beli masyarakat.
Pelemahan daya beli ini sebenarnya sudah terlihat sejak sebelum munculnya dinamika kebijakan Trump, yang salah satu penyebab utamanya adalah dominasi pekerja informal dibanding pekerja formal. Padahal, pekerja informal umumnya menerima upah yang lebih rendah.
"Jadi, dalam konteks ini, perlindungan sosial menjadi sangat penting. Apakah itu bantuan langsung tunai (BLT), Program Keluarga Harapan (PKH), atau percepatan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kemudian akan memperkuat daya beli masyarakat," tuturnya.
Selain itu, Chatib mengungkapkan untuk konsolidasi kepada mitra penting. terutama di wilayah regional ASEAN. Di tengah situasi krisis ini membuat negara cenderung mementingkan kepentingannya. Ini justru dapat membuat instabilitas.
"Maka, konsolidasi di dalam ASEAN menjadi sangat penting," ujar Chatib.