Perang Dagang AS Tiongkok Memanas, Yuan Terjun ke Level Terendah Sejak 2023
JAKARTA GENVOICE.ID - Ketidakpastian global kembali membayangi pasar keuangan Asia setelah mata uang China, yuan, mengalami tekanan signifikan terhadap dollar Amerika Serikat. Mengutip dari Kompas, Rabu (9/4), sentimen pasar tertekan oleh langkah terbaru Washington yang menaikkan tarif impor terhadap sejumlah negara, termasuk China, dalam intensifikasi babak baru perang dagang.
Pada Rabu (9/4), yuan onshore merosot ke 7,3505 per dolar AS, angka yang belum pernah terlihat sejak 19 bulan terakhir. Sementara yuan offshore sempat terpukul lebih dalam sebelum akhirnya pulih sebagian di perdagangan Asia.
Langkah agresif Presiden AS Donald Trump, yang memberlakukan tarif hingga 104 persen terhadap produk asal China, dinilai sebagai pemicu utama ketegangan baru. Reaksi pasar pun cepat, investor berspekulasi atas kemungkinan pelemahan lanjutan mata uang China bila tensi terus meningkat. Sejumlah analis bahkan memperkirakan yuan offshore bisa melampaui 7,7 dalam waktu dekat.
Meski pelemahan mata uang bisa meningkatkan daya saing produk ekspor Negeri Tirai Bambu, tekanan yang berlebihan justru berpotensi menciptakan ketidakstabilan. Risiko aliran modal keluar dan kekhawatiran pasar domestik menjadi perhatian serius otoritas keuangan setempat.
Bank Sentral China (PBoC) mencoba menenangkan gejolak dengan menjaga nilai tukar referensi tetap stabil, meski nilai tersebut masih tercatat sebagai yang terlemah sejak September 2023. Tak hanya itu, intervensi tak langsung juga tampak melalui aksi bank-bank milik negara yang menjual dollar di pasar domestik.
Upaya ini dianggap sebagai sinyal bahwa Beijing tidak ingin membiarkan yuan terjun bebas di tengah ketegangan geopolitik. Seperti diungkapkan oleh beberapa pengamat pasar, langkah PBoC bukan semata intervensi teknis, melainkan juga strategi komunikasi untuk menjaga sentimen pelaku pasar tetap terkendali.
Untuk saat ini, pelaku pasar akan terus memantau dinamika relasi dagang antara AS dan China, yang kian dipenuhi ketidakpastian. Di tengah perubahan arah kebijakan global, kekuatan yuan akan menjadi salah satu indikator utama yang mencerminkan posisi ekonomi China dalam peta persaingan internasional.