Pasukan Korsel Tembakkan Peringatan Usai 10 Tentara Korut Langgar DMZ
JAKARTA, GENVOICE.ID - Pasukan Korea Selatan (Korsel) menebakkan peringatan kepada tentara Korea Utara (Korut) di Zona Militerisasi (DMZ). Tembakan dilepaskan setelah 10 tentara Korut terlihat melintasi perbatasan.
Saat ini, Seoul berada dalam siaga tinggi setelah terdapat pasukan Korut melanggar garis perbatasan sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Ini adalah penyusupan pertama dalam satu tahun terakhir.
Tentara Korut yang melewati perbatasan menggunakan senjata dan rompi anti peluru balik ke sisi utara wilayah perbatasan setelah dilakukan penembakan peringatan. Hingga saat ini, pasukan Korsel masih terus memantau ketat situasi di DMZ. Tercatat, pasukan Korut tidak membalas tembakan dari pasukan Korsel.
Sebelumnya, bentrokan berdarah dan kekerasan pernah terjadi di perbatasan yang sangat dijaga ketat tersebut, dengan konfrontasi terakhir yang tercatat terjadi pada Juni tahun lalu ketika pasukan Pyongyang melintasi garis DMZ sebanyak tiga kali.
Masih belum jelas apa motif di balik penyebrangan hari Selasa ini, namun sejumlah pengamat memperkirakan para tentara Pyongyang mungkin tanpa sengaja melintasi batas ketika sedang memperkuat sisi mereka dengan penghalang anti-tank atau ranjau.
Menurut militer Korsel, Korut telah melanjutkan pekerjaan memperkuat barikade garis depan sejak bulan lalu. Pyongyang berulang kali membela tindakan tersebut sebagai upaya memperkuat pertahanan mereka dari "histeria konfrontatif" yang datang dari Korea Selatan dan Amerika Serikat.
DMZ sepanjang 155 mil (sekitar 250 km) merupakan salah satu perbatasan yang paling dijaga ketat di dunia, dengan sekitar dua juta ranjau tersebar di dalam dan di sekitar wilayah perbatasan tersebut.
Zona DMZ juga dijaga oleh pagar kawat berduri, jebakan tank, dan pasukan tempur bersenjata lengkap di kedua sisi perbatasan. Wilayah ini telah berdiri sejak berakhirnya Perang Korea, yang diselesaikan bukan dengan perjanjian damai, melainkan hanya gencatan senjata.
Ketegangan kedua nya beberapa belakangan ini sering tegang, menyusul Pyongyang yang memperkuat kerjasama dengan Moscow. Kerjasama ini telah memicu kekhawatiran di Korea Selatan dan Amerika Serikat bahwa Rusia dapat membantu Kim meningkatkan kapabilitas nuklir Korea Utara.