BI Sebaiknya Ikuti Kebijakan Suku Bunga The Fed
JAKARTA - Pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Y Sri Susilo menyarankan kepada Bank Indonesia (BI) untuk mengikuti kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) yang mempertahankan suku bunga tinggi.
"Kalau The Fed tetap, BI cenderung akan tetap. Kalaupun turun, sangat kecil kemungkinan. Kalau naik, itu masih mungkin, terutama jika diperlukan untuk memperkuat rupiah," jelas Susilo, menanggapi kebijakan suku bunga The Fed, Rabu (7/5).
Menurut dia, penguatan rupiah menjadi sesuatu yang sangat diharapkan pelaku usaha karena Indonesia masih banyak bergantung pada bahan baku impor. "Nilai tukar rupiah yang lebih kuat akan membantu menekan biaya produksi dan menjaga stabilitas harga."
Dalam situasi saat ini, katanya, arus investasi asing langsung (FDI) dan investasi di pasar keuangan sangat krusial. Untuk menarik dana global, Indonesia perlu menciptakan insentif yang tepat, termasuk lewat kebijakan suku bunga yang kompetitif dan stabil.
The Fed menyatakan tetap mempertahankan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang diumumkan pada Rabu (7/5) waktu setempat.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea mengatakan The Fed tampaknya lebih khawatir terhadap inflasi yang turun lebih lambat dari perkiraan sehingga suku bunga FFR diperkirakan masih bertahan di level 4,25-4,5 persen meskipun Presiden AS Donald Trump terus mendorong agar terjadi pemangkasan.
"Kekhawatiran terhadap pertumbuhan (ekonomi AS) kelihatannya belum, mereka (The Fed) lebih khawatir terhadap inflasi," kata Erwin di Jakarta, Rabu (7/5).
Dia mengatakan, dengan belajar dari pengalaman pasca Covid-19, The Fed yang saat itu dinilai terlalu cepat menurunkan suku bunga. Padahal, inflasi AS saat itu sempat melonjak di luar dugaan, yang dipicu oleh konflik Russia-Ukraina yang berdampak pada terganggunya rantai pasok global.