Data Terbaru Bikin Kaget! Bukan Harvard, Ini Kampus dengan Mahasiswa Asing Terbanyak di AS 2025

Genvoice.id | 07 Jun 2025

JAKARTA, GENVOICE.ID - Gen, kalau kamu kira Harvard adalah kampus nomor satu buat mahasiswa asing di Amerika Serikat, siap-siap kecewa. Ternyata, kampus bergengsi yang sering disebut-sebut jadi tujuan utama pelajar internasional itu bukan yang terbanyak menampung mahasiswa asing di tahun akademik 2025-2026. Padahal, kita semua tahu Harvard punya reputasi kelas dunia dan jadi incaran jutaan orang.

Tapi kenyataannya? Ada universitas lain yang justru mencuri perhatian dan berhasil jadi kampus dengan jumlah pelajar internasional tertinggi di seluruh AS. Fakta ini makin menarik karena muncul di tengah kebijakan imigrasi yang makin ketat, terutama setelah larangan mahasiswa asing oleh mantan Presiden AS, Donald Trump.


Kampus Favorit Mahasiswa Asing Bukan Harvard, Tapi Kampus Ini!

Berdasarkan laporan dari National Center for Education Statistics, posisi puncak kampus dengan mahasiswa asing terbanyak di AS tahun ajaran 2023 jatuh ke Illinois Tech. Jumlah pelajar internasional di sana mencapai 51% dari total mahasiswa, atau sekitar 6.571 orang. Angka ini ngalahin banyak kampus elite lain, termasuk Harvard.

Peringkat berikutnya ditempati oleh Carnegie Mellon University dengan 44% mahasiswa asing, dan Stevens Tech dengan 42%. Fakta ini menunjukkan bahwa kampus-kampus yang mungkin kurang populer di telinga orang Indonesia justru lebih terbuka dan jadi favorit untuk pelajar dari berbagai negara.


Harvard Kena Imbas Larangan Trump, Mahasiswa Asing Terancam Deportasi

Di sisi lain, Harvard justru dilanda konflik serius saat Donald Trump masih menjabat sebagai Presiden. Kebijakan kerasnya soal imigrasi bikin mahasiswa asing terancam dideportasi jika tidak pindah kampus. Bahkan, pelarangan itu juga menyasar program beasiswa, bikin ribuan pelajar luar negeri gak tenang menjalani studi.

Data dari Reuters menyebutkan, pada tahun ajaran 2025-2026, Harvard masih punya sekitar 6.800 mahasiswa internasional atau 27% dari total mahasiswa. Dari jumlah itu, sekitar 1.300 orang berasal dari Tiongkok, dan di tahun 2022, warga Tiongkok juga jadi yang terbanyak kuliah di sana dengan 1.016 mahasiswa.

Karena gak tinggal diam, pihak Harvard pun melawan kebijakan tersebut lewat jalur hukum. Gugatan dilayangkan ke pemerintah federal karena dianggap melanggar konstitusi. Hasilnya, seorang hakim federal mengeluarkan perintah penahanan sementara, yang membuat Harvard tetap bisa menerima mahasiswa asing-untuk sementara waktu.


Mahasiswa Indonesia Ikut Terkena Dampaknya

Larangan ini tentu berdampak langsung ke mahasiswa Indonesia juga, Gen. Tercatat ada 87 mahasiswa Indonesia yang aktif kuliah di universitas top macam Harvard. Dengan situasi yang gak menentu, mereka jadi was-was karena sewaktu-waktu bisa 'terusir' dari negeri Paman Sam.

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI, Stella Christie, menyarankan agar mahasiswa Indonesia yang sedang berada di AS dengan visa F, M, atau J tidak bepergian ke luar wilayah AS sampai ada kejelasan lebih lanjut.

"Bagi adik-adik dan rekan-rekan yang saat ini sudah berada di Amerika Serikat dengan visa F, M, atau J, kami merekomendasikan untuk tidak bepergian ke luar AS hingga ada kejelasan,"
- Stella Christie, Wamen Kemendik Saintek

Pemerintah RI pun sedang mempersiapkan beberapa opsi, termasuk memindahkan studi ke kampus top di negara lain seperti Kanada atau Australia, atau bahkan membuka peluang melanjutkan kuliah di kampus unggulan dalam negeri.


Ketegangan Politik Bikin AS Gak Seksi Lagi Buat Mahasiswa Asing

Konflik ini jadi bagian dari masalah yang lebih besar, Gen. Banyak universitas di AS khawatir bahwa kebijakan visa yang berubah-ubah, larangan bepergian, dan suasana politik yang gak ramah bikin AS gak lagi menarik buat pelajar dari luar negeri.

Bahkan pelajar dari dua negara penyumbang terbesar mahasiswa asing di AS-Tiongkok dan India-sudah mulai menunjukkan penurunan minat buat kuliah di sana. Hal ini juga bisa berpengaruh ke keuangan kampus, karena mahasiswa internasional biasanya membayar biaya kuliah lebih tinggi daripada mahasiswa lokal.

Kalau tren ini terus berlanjut, posisi AS sebagai pusat pendidikan dunia bisa tergeser oleh negara-negara pesaing kayak Kanada, Inggris, atau Australia yang lebih terbuka dan ramah terhadap pelajar internasional.


Gak Cuma Nama Besar, Tapi Juga Kebijakan yang Ramah

Fakta-fakta di atas bikin kita sadar kalau nama besar kayak Harvard pun bisa goyah kalau gak didukung dengan kebijakan yang inklusif. Universitas-universitas yang berhasil menarik mahasiswa asing justru yang menawarkan kepastian, akses yang mudah, dan lingkungan yang ramah.

Buat kamu, Gen, yang lagi mimpi kuliah di luar negeri, jangan cuma lihat reputasi kampus aja. Lihat juga kebijakan negaranya, iklim politik, dan tren global. Siapa tahu kampus impian kamu gak harus di AS, tapi bisa aja di negara lain yang lebih mendukung dan stabil.