Karyawan Microsoft Terancam! Ribuan Posisi Hilang Gara-Gara AI

Genvoice.id | 04 Jul 2025

JAKARTA, GENVOICE.ID - Gen, kabar mengejutkan kembali datang dari raksasa teknologi dunia, Microsoft. Perusahaan yang bermarkas di Redmond, Amerika Serikat ini kembali melakukan pemangkasan besar-besaran terhadap tenaga kerjanya. Kali ini, sekitar 9.000 karyawan harus angkat kaki, atau setara hampir 4% dari total karyawan global Microsoft.

Yang bikin geger, ini bukan kali pertama Microsoft ambil langkah ekstrem tahun ini. Sebelumnya, mereka juga telah memberhentikan 6.000 pekerja pada bulan Mei, dan 300 lainnya menyusul pada Juni. Jadi totalnya, lebih dari 15.000 orang telah kehilangan pekerjaannya hanya dalam hitungan bulan.

Bukan cuma angka yang bikin ngeri, tapi juga siapa yang kena dampaknya. Menurut laporan dari The Independent, gelombang PHK kali ini menyasar berbagai divisi penting-mulai dari tim penjualan, divisi Xbox, staf teknik perangkat lunak, hingga manajemen produk. Ini jelas bukan sekadar efisiensi biasa.

Microsoft memang menyebut pemangkasan ini sebagai bagian dari restrukturisasi. Tapi, banyak yang melihat lebih dalam: AI internal Microsoft yang makin canggih kini mulai menggantikan peran manusia.

Teknologi kecerdasan buatan yang sebelumnya hanya jadi "asisten", kini mulai mampu menulis kode, memproses data, bahkan mengambil keputusan secara mandiri. Tak heran, posisi di sektor teknis-yang selama ini dianggap "aman"-justru jadi yang paling rentan tergantikan.

Situasi ini bikin banyak pihak khawatir. Kalau AI sudah mulai menggusur peran teknisi software dan engineer, lalu peran manusia akan jadi seperti apa di masa depan?

Fenomena ini sekaligus jadi tamparan keras buat industri teknologi global. Microsoft, yang selama ini dikenal progresif dalam pengembangan AI, kini menunjukkan wajah lain dari kemajuan teknologi: pengurangan tenaga kerja besar-besaran.

Belum ada komentar resmi lanjutan dari pihak Microsoft soal nasib ribuan mantan karyawannya. Tapi satu hal yang pasti, gelombang PHK ini adalah peringatan bahwa transformasi digital juga bisa membawa korban-dan korbannya adalah manusia itu sendiri.