Mengapa Kelelahan Sering Terjadi Sebelum Menstruasi? Ini Cara Mengatasinya!
JAKARTA, GENVOICE.ID - Kelelahan menjadi salah satu efek samping sindrom pramenstruasi (PMS) yang paling umum, memengaruhi sekitar 60 persen perempuan yang mengalami menstruasi, menurut survei global. Kelelahan ekstrem ini biasanya mulai muncul satu atau dua minggu sebelum menstruasi dan mencapai puncaknya pada hari ketiga dan kedua menjelang menstruasi.
Selain faktor kurang tidur dan stres, ada beberapa penyebab utama mengapa perempuan merasa sangat lelah sebelum menstruasi. Pertama, fluktuasi hormon menjadi pemicu utama. Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron, seperti dijelaskan oleh ginekolog bersertifikat Jill Krapf, MD, menyebabkan berkurangnya energi. Saat kadar hormon ini turun, produksi serotonin, neurotransmitter yang berperan dalam suasana hati, memori, dan pengaturan tidur yang juga menurun. Hal ini tidak hanya membuat tubuh lelah, tetapi juga dapat menyebabkan perubahan suasana hati, seperti rasa sedih, emosional, atau mudah tersinggung.
Selain itu, perubahan suasana hati tersebut sering disertai kelesuan dan gejala mirip flu. Orang yang memiliki gangguan kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, bahkan lebih rentan mengalami perubahan mood dan kelelahan menjelang menstruasi, walaupun sudah menjalani terapi atau pengobatan.
Penyebab lain yang sering luput dari perhatian adalah konsumsi makanan. Menjelang menstruasi, banyak perempuan mengalami peningkatan keinginan untuk mengonsumsi makanan manis atau karbohidrat olahan. Meskipun memanjakan diri sesekali tidak masalah, terlalu banyak makan makanan tinggi gula dan karbohidrat olahan seperti pasta dan roti dapat mengganggu kualitas tidur dan membuat tenaga cepat terkuras.
Kelelahan juga bisa menandakan adanya masalah kesehatan fisik yang mendasari. Beberapa perempuan mungkin mengalami anemia, tiroid yang kurang aktif, atau kondisi ginekologi tertentu yang menyebabkan kelelahan parah menjelang menstruasi. Selain itu, kondisi seperti sindrom kelelahan kronis dan sindrom iritasi usus besar juga dapat memperburuk rasa lelah.
Ada pula kondisi yang lebih berat, yakni gangguan disforik pramenstruasi (PMDD), yang dialami sekitar lima persen perempuan. PMDD merupakan bentuk PMS yang sangat parah, dengan gejala emosional dan perilaku yang lebih intens seperti kesedihan mendalam, keputusasaan, kecemasan, dan mudah tersinggung. Kelelahan hebat juga menjadi salah satu ciri khas PMDD, yang biasanya berlangsung selama satu hingga dua minggu sebelum menstruasi, dan sering memerlukan pengobatan khusus seperti terapi bicara dan obat antidepresan.
Untuk mengurangi kelelahan dan gejala PMS, beberapa langkah bisa dilakukan. Memastikan tidur cukup adalah kunci penting karena tubuh memerlukan waktu istirahat yang memadai, terutama menjelang menstruasi. Mengatur pola makan dengan memilih makanan sehat seperti kacang-kacangan, produk susu rendah lemak, ikan salmon atau sarden, serta sayuran hijau juga dapat membantu menjaga energi.
Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda selama 30 menit setiap hari dapat meningkatkan suasana hati dan energi, sekaligus mengurangi kelelahan dan ketidaknyamanan PMS lainnya. Selain itu, latihan relaksasi seperti yoga, meditasi, atau pijat juga efektif mengurangi stres dan kelelahan.
Penggunaan suplemen seperti kalsium, vitamin B6, dan asam lemak omega-3 bisa menjadi tambahan untuk mengatasi kelelahan, namun disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan sebelum mengonsumsinya.
Dengan memahami penyebab dan cara mengelola kelelahan pramenstruasi, perempuan bisa menghadapi masa menstruasi dengan lebih nyaman dan tetap produktif.