Hamas Ajukan Balasan, Perundingan Gencatan Senjata di Gaza Kembali Memanas
JAKARTA, GENVOICE.ID - Hamas telah menyerahkan respons resmi terhadap proposal gencatan senjata terbaru yang digagas oleh utusan Timur Tengah AS, Steve Witkoff. Dalam balasannya, kelompok tersebut menawarkan pertukaran 10 sandera hidup dan 18 jenazah sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Palestina oleh Israel - sebuah usulan yang disebut-sebut berbeda dari rancangan sebelumnya.
Poin penting dari usulan Hamas kali ini adalah tuntutan untuk menghentikan perang secara permanen dan penyesuaian jadwal pembebasan sandera, yang kini diusulkan dilakukan secara bertahap selama 60 hari masa gencatan senjata, bukan hanya di hari pertama dan ketujuh seperti dalam rencana AS.
Namun, respons Hamas ini langsung ditolak mentah-mentah oleh Witkoff, yang menyebutnya sebagai "sama sekali tidak dapat diterima dan justru membawa proses negosiasi mundur." Menurutnya, satu-satunya jalan untuk mencapai kesepakatan adalah melalui proposal awal yang telah diajukan AS.
Sementara itu, kantor Perdana Menteri Israel menyatakan bahwa pemerintah telah menerima garis besar proposal Witkoff, namun menuduh Hamas tetap menolak kesepakatan dan berjanji akan terus berupaya memulangkan semua sandera dan menghancurkan kekuatan kelompok tersebut.
Seorang pejabat senior Hamas membantah bahwa kelompoknya menolak proposal, dan menyebut tanggapan Witkoff sebagai "berat sebelah" dan tidak adil.
Di tengah tarik-ulur diplomatik, warga Israel turun ke jalan pada Sabtu malam, menggelar aksi mendesak perjanjian damai dan pembebasan sandera. Salah satu mantan sandera, Sharon Aloni Cunio, yang suaminya masih ditawan, menyerukan agar kesepakatan segera diwujudkan demi anak-anak mereka.
Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang juga mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk segera menyepakati satu perjanjian menyeluruh yang bisa memulangkan seluruh sandera.
Sebelumnya di hari yang sama, militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah membunuh Mohammed Sinwar, kepala Hamas di Gaza, dalam serangan pada 13 Mei lalu. Sinwar diketahui sebagai adik dari Yahya Sinwar, pemimpin Hamas yang diyakini sebagai otak serangan terhadap Israel pada Oktober 2023.
Hamas belum mengeluarkan konfirmasi resmi terkait kematian Mohammed Sinwar.
Proposal terbaru yang diajukan AS mencakup penghentian perang selama 60 hari, jaminan tidak adanya serangan lanjutan dari Israel, dan langkah menuju perdamaian jangka panjang. Namun, perbedaan pandangan yang tajam tetap menjadi penghalang utama.
Israel bersikeras bahwa Hamas harus dilucuti dan dibubarkan sepenuhnya sebelum gencatan senjata permanen bisa terjadi. Di sisi lain, Hamas khawatir bahwa Israel bisa kembali melancarkan serangan setelah jeda 60 hari, seperti yang terjadi saat kesepakatan sebelumnya runtuh pada bulan Maret.
Sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023, lebih dari 54.000 warga Gaza dilaporkan tewas akibat serangan militer Israel. Serangan itu diluncurkan sebagai balasan atas aksi Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 250 lainnya.
Saat ini, diperkirakan masih ada sekitar 20 sandera hidup yang ditawan Hamas - menjadi poin krusial dalam negosiasi yang masih berjalan.
Di tengah proses diplomasi yang belum menunjukkan titik terang, serangan Israel ke Gaza terus berlangsung. Dalam 24 jam terakhir, sedikitnya 60 orang dilaporkan tewas. Krisis kemanusiaan pun makin parah akibat blokade hampir total yang telah berlangsung hampir tiga bulan.
Meski dalam beberapa hari terakhir Israel mulai membuka jalur bantuan terbatas, organisasi kemanusiaan menyebut jumlah makanan yang masuk masih sangat minim. Menurut World Food Programme, masyarakat Gaza kini menghadapi kelaparan akut dan mulai nekat menghentikan truk bantuan di tengah jalan demi bisa mendapatkan makanan.